Sang Paranormal

dimuat di solo pos 18 Oktober 2009
dukun1
Sang paranormal muda yang tampan dan berwajah jernih itu, Bayu Kasatmata, sejenak menguap lebar-lebar menampakkan seluruh mukanya yang semula tampan sekarang tinggal bentuk mulut saja. Ternyata sangat buruk sekali muka manusia itu jika hanya terdiri dari mulut tanpa ada bagian yang lain. Namun harap maklum, perut sang paranormal kita ini memang begitu kenyang setelah sarapan satu porsi ayam bakar saat sarapan pagi. Maka pantaslah kalau ia menguap begitu lebarnya.
Bayu Kasatmata ganti mengambil koran baru di atas meja. Koran tabloid yang tentu saja sejenis dengan profesi yang ia geluti. Koran itu namanya Obral metafisika. Di dalamnya berisi cerita-cerita gaib, dunia jin perewangan, iklan pasang susuk, memagari rumah dari gangguan jin, cara instan menyantet orang, dan sejenisnya.
Nampaknya iklan Klenik Bayu Kasatmata di koran Obral Metafisika itu sudah akan habis masa tayangnya bulan ini. Dan pastinya ia harus segera memperpanjang agar magnet kuat penarik pelanggannya ini tidak luntur kesaktiannya.
Bayu Kasatmata segera menelpon kantor redaksi Obral Metafisika.
“Selamat pagi! Bisa bicara dengan redaksi Obral Metafisika. Saya Ki Ageng Plered ing Winasis Bayu Agung Kasatmata….
Dan bla..bla….transaksipun terjadi.
“Baik, nanti siang saya akan ke kantor untuk memperpanjang iklan saya. Ini demi kebaikan umat dan para pasien saya yang memang membutuhkan keberadaan saya. Begitu.”
Bersamaan Bayu Kasatmata menutup telponnya, telepon genggamnya ganti berdering.
“Klinik Metafisika Ki Ageng Plered Winasis Bayu Agung Kasatmata, ada yang bisa saya bantu…
Ternyata seorang pasien ingin berkonsultasi. Pasiennya itu mengeluhi kisah cintanya yang kini bersilang sengkarut karena ditolak oleh gadis pujaannya. Singkatnya, ia minta bantuan dan berapa saja akan diberikan agar ia diberi ajian pelet agar bisa meluluhkan si gadis itu untuknya.
“Tenang saja saudara. Masalah seperti ini merupakan spesialisasi saya. Gampang! Silakan datang langsung saja ke klinik anda pasti akan saya bantu solusinya ….”
Ternyata lelaki yang menelpon itu sebenarnya sudah ada di jalan depan rumah klinik Bayu Kasatmata. Hanya ia sungkan langsung mengetuk pintu.
“Ada potretnya, mas? Biar lebih cepat saya untuk menggarapnya,” jelas Bayu Kasatmata di depan lelaki dengan sekujur badan bergelambir, yang mungkin amat pantas kalau ia ditolak karena ukuran badan yang super bongsor seperti ini.
“Ya, tentu saja Ki…”
Si lelaki tambun itu mengeluarkan sebuah potret berwarna dari dompetnya dengan bersemangat. Sebuah wajah cantik berkerudung hitam.
“Bagaimana solusinya Ki? Saya sangat minta tolong kepada Ki Ageng membantu saya?”
“Tenang saja, saya akan bantu. Tuhan itu memberikan masalah beserta solusinya.”
“Ya, mbah.”
“Yang pertama akan saya buat gadis itu dimana saja dan kapan saja ia akan terngiang-ngiang tak bisa melupakan wajah anda. Atau, kalau anda mau saya juga bisa memberikan mantra agar si gadis itu mimpi basah dengan anda. Tentu penawaran ini dengan harga khusus lho…”
“Tidak masalah berapapun harganya Ki, saya siap berkorban untuk mendapatkan gadis yang saya sangat cintai ini.”
Bayu Kasatmata menyeringai, tahu kalau lelaki di depannya itu tak akan lolos lagi.
“Ehm….ramuan ini memang sangat spesial. Saya juga tidak akan memberikan sembarangan kalau anda cuma mau main-main,” ulur Bayu Kasatmata.
“Tidak mbah, saya tidak main-main. Sumpah samber geledek kalau saya bohong. Malah dihitung saja semuanya saya akan bayar sekalian di muka, mbah?”
“Sabar, sabar. Baiklah, kalau anda mau serius dengannya saya akan bantu. Tapi yang pertama untuk konsultasi, saya pasang tarif 300 ribu. Selanjutnya anda tinggal terima beres saja. Maksudnya, kami bekerja secara profesional. Jadi, bila hasil belum sempurna anda masih kami jamin untuk mendapat layanan terbaik dari kami. Begitu.”
Si pasien itu manggut-manggut. Karena sudah kebelet ingin memiliki si gadis impiannya itu ia bayar semua di muka. Demi mendapatkan gadis yang dipuja, uang dua juta hanyalah sekedar angka belaka. Apalagi angan-angan membuat gadis itu mimpi basah bersamanya. Wuih!
Lima menit pasiennya pergi, Bayu Kasatmata sudah kedatangan pasien baru lagi. Seorang gadis cantik, tubuh padat dan senyum lebar. Rupanya gadis ini artis dangdut pendatang baru yang ingin cepat melejit kariernya di blantika musik dangdut tanah air.
“Semua masalah itu pasti ada solusinya. Tapi tentu saja kami akan bantu secara profesional sesuai dengan kemampuan kami,” kata Bayu Kasatmata kepada perempuan di di depannya itu. “Soal kecil polling sms dari pemirsa, itu sebenarnya soal yang sangat mudah!”
“Benar begitu, mbah?”
“Tenang saja. Jika selama ini penampilan sampeyan tidak maksimal, dan poling sms menjadi menurun. Saya punya cara yang mustajab. Caranya dengan membuka aura pada mbak yang selama ini tertutup yaitu dengan melakukan totok aura. Setelah dilakukan totok aura, kekuatan positif pada diri anda pasti akan muncul dan otomatis penampilan mbak akan bisa maksimal dan mengundang decak kagum penonton. Singkatnya semua orang akan termehek-mehek dengan penampilan sampeyan.”
Gadis itu mulai membayangkan impiannya menjadi artis dangdut papan atas sudah di depan mata.
“Dijamin semua juri akan pilih dan melihat sampeyan, alih-alih mereka terpesona, yang sebenarnya hanya karena selama ini aura sampeyan tersebut telah tertutup oleh aura negatif yang menyelimuti, yang bisa jadi aura negatif itu disebabkan oleh hari lahir anda.”
“Jadi begitu, ya, mbah?”
“Tentu saja.” Bayu Kasatmata menjelaskan semua persyaratan yang harus dilakukan oleh si gadis itu.
“Untuk urusan pembayaran itu bisa belakangan. Kami menjual jasa juga profesional. Anda datang saja beberapa kali lagi ke sini, karena untuk soal membuka aura tidak bisa dilakukan sekali. Setiap datang, anda hanya akan membayar jasa konsultasi dan biaya totok aura saja. Jangan khawatir, nama saya yang akan jadi jaminannya!”
Si pasien perempuan itu manggut-manggut seraya kemudian harus merelakan lembaran uangnya berpindah ke jari-jari Bayu Kasatmata yang dipenuhi akik besar-besar seperti pelawak Tessy Srimulat itu.
* * *
Setelah pasiennya pergi Bayu Kasatmata tersenyum di meja kerjanya sambil kipas-kipas dengan uangnya. Ia berpikir kalau hari ini adalah hari baiknya. Baru buka satu jam sudah dua pasien yang datang. Dan seakan membenarkan apa yang ada dalam pikirannya itu, sebentar kemudian ponselnya berdering lagi. Kali ini seorang dari aparat kepolisian yang ingin tubuhnya kebal senjata tajam untuk membantu pekerjaannya sebagai penjaga keamanan di sebuah klub malam.
“Maaf pak, saya tidak melayani konsultasi di telepon. Tapi kalau anda bersungguh-sungguh, tentu akan kami bantu. Anda datang saja ke klinik kami. Nanti kami akan kami carikan solusi bagi permasalahan anda.”
Bayu Kasatmata memang tak mau melewatkan rejeki sekecil apapun. Dan ia harus pintar-pintar untuk itu. Dengan membuat mereka datang ke klinik, kesempatan untuk lewat akan sangat kecil sekali terjadi.
Ia jadi ingat ketika ia masih susah. Ia ingat semuanya ketika ia pertama kali datang ke Jakarta ini. Ia tak punya uang dan menjadi gelandangan di masjid dan pasar sekedar untuk berteduh. Tapi, suatu kali sebuah kesempatan telah merubah hidupnya. Ia memimpikan dirinya menjadi seorang dukun yang hebat. Dalam mimpi itu ia berjabat tangan dengan ki Joko Bodo, paranormal kondang itu. Dan esoknya ia telah melakukan segalanya dengan semangat membara. Ia lengkapi dirinya dengan pakaian jubah hitam dan rambut gondronya ia uraikan biar lebih estetis. Dan hasilnya, penampilannya ternyata mengupgraded kesan yang ia ingin ciptakan. Berita menjalar dengan cepat, dua bulan kemudian pasiennya sudah beraneka ragam. Dan yang paling penting semuanya adalah orang-orang kaya yang mau memberinya uang.
Sekarang, ia pun sudah mulai membuat dirinya agar dikenal publik luas. Ia pasang iklan di beberapa tempat. Usahanya ternyata tidak sia-sia.
Ah, Bayu Kasatmata jadi ingat kalau ia harus membuat memperbarui iklannya di koran Obral Metafisika.
Tergerak oleh hal ini Bayu Kasatmata segera bangkit dari kursi. Ia pakai jaket kulitnya, kacamata rayban hitam dan tak lupa kunci kontak mobil dari dalam laci.
Namun bersamaan itu sang paranormal kita membuka pintu, seorang tua yang bertongkat dengan dipapah oleh anak perempuannya menumbuk pandangan matanya. Di lihatnya lelaki tua itu terlihat meringis yang mungkin menahan sakit dengan kakinya yang terus gemetaran.
Alis Bayu Kasatmata mengernyit.
“Maaf bapak, kali ini saya tak bisa menangani, karena saya ada panggilan penting pak dari para pejabat di gedung dewan. Saya diminta segera datang untuk menangani beberapa anggota dewan yang kesurupan di sana,” ujar Bayu Kasatmata berimprovisasi sambil memasang raut muka menyesal.
“Sekali lagi saya betul-betul minta maaf, pak. Tapi ini saya sudah ditunggu oleh semua pejabat di kantor dewan. Tidak bisa menunda lagi,” kata Bayu Kasatmata melihat pada si perempuan yang memapahnya yang pastilah anaknya yang mungkin lebih mudah untuk dibujuk agar pergi.
“Ibu, besok saja bawa bapaknya ini pagi-pagi sekali. Saya pasti akan melayani bapak anda. Dan sekali lagi, saya minta maaf kalau kali ini tidak bisa membantu, karena bukannya saya tak ingin membantu, tapi karena saya ada panggilan mendesak di gedung dewan sekarang. Begitu, ya, bu? Sekali lagi saya minta maaf karena saya harus segera pergi.”
Perempuan itu hanya bisa mengiakan saja, walaupun ia sebenarnya sudah lelah menempuh perjalanan naik angkot ke tempat klinik paranoral Mbah Plered sing Winasis yang katanya bisa menyembuhkan segala penyakit ini.
“Baiklah mbah, kami akan datang saja besok pagi saja,” jawab perempuan itu akhirnya sambil menengok pada ayahnya yang masih meringis karena menahan tubuhnya yang sakit.
“Jangan khawatir yah. Besok pasti kita akan ketemu. Mbah Plered sekarang sangat sibuk, jadi tak bisa membantu kita hari ini.”
Namun seperti sebelumnya, sang pesakitan tua itu hanya bisa meringis menahan sakit, tanpa sedikitpun berkata atau mengeluh.
Merasa sudah cukup Bayu Kasatmata bergegas pergi dari hadapan keduanya. Ia masuk ke garasi dan sebentar kemudian sudah mengeluarkan sedan hitam miliknya. Ban mobilnya berdecit kencang saat berbelok menandakan ia amat bergegas. Dan memang ia selalu bergegas karena ia berprinsip waktu adalah uang. Tak bakal ia sudi mengalami kere untuk kedua kali dalam hidupnya.

6 thoughts on “Sang Paranormal

  1. sedjatee

    kulanuwun mas atmokanjeng… kula ingkang sowan… sanget bingah, dene panjenengan sampun kerso rawuh wonten blog kawula… sadaya seratan panjenengan jan sae-sae saestu.. mugi saged nglestantunaken kabudayan, hangraketaken pasedherekan.. kawula nyuwun idin masang taut blog panjenengan.. salam kawilujengan…

    sedj
    http://sedjatee.wordpress.com

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s