dimuat di Opini Joglosemar 12/9
Perhelatan akbar Miss World 2013 akan segera berlangsung tanggal 22 September nanti. Acara yang dihelat oleh salah satu stasiun swasta tersebut digadang akan menyedot pemirsa dari berbagai belahan negara dunia. Ada sekitar 129 negara seluruh dunia yang positif mengirimkan kontestan mereka (Koran Tempo, 7 Agustus 2013). Sebagai tuan rumah, Indonesia berpamrih dengan adanya acara Miss World 2013 yang penobatannya akan di helat di Sentul International Convention Center (ISCC), Bogor, Jawa Barat itu, bisa menjadi mengenalkan keeksotikan ragam budaya Indonesia sebagai tujuan pariwisata dunia.
Namun mengomentari tentang kontes kecantikan sejagat yang digadang akan mengenalkan keindahan dan menaikkan jumlah wisatawan dunia ke Indonesia, mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1978-1983, Daoed Yusuf, bersikap negatif. Ia dengan tegas menyatakan alasan Miss World bisa mengenalkan wisata Indonesia itu hanya mengada-mengada. Sejak dulu Indonesia sudah indah dan terkenal akan keindahannya tanpa harus ada kontes Miss World. Pun ia menambahkan siapa pun tokohnya (kontestan) walaupun dia pintar dan punya kepribadian baik, tapi kalau tidak cantik, jangan harap dia akan terpilih menjadi Miss World!
Senada hal itu, ketua dari Muhammadiyah, Muhyidin, berkata kontes Miss World sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan adab kesopanan. Kontes Miss World secara tak langsung mempropagandakan pola hedonisme dan materialisme. Hedonisme merupakan pandangan hidup yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi tujuan utama. Ia menambahkan tak seharusnya promosi wisata mengorbankan jati diri bangsa, karena banyak hal yang bisa dilakukan selain itu. Ia menyeru kepada masyarakat menolak ajang tersebut agar bumi Jawa Barat tak ternodai, ujarnya seperti dilansir Suara Islam Online.
MUI atas desakan MUI daerah akhirnya juga memberi pernyataan tegas menolak di helatnya Miss World 2013 di Indonesia. Sementara itu menurut dewan pakar gerakan muslimat Indonesia, Irena Handono, Indonesia akan dicap negara bermartabat rendah oleh negara mayoritas penduduknya muslim lantaran menjadi penyelenggara kontes tersebut. Irena juga menambahkan bahwa tidak ada satu keuntungan yang didapat jika acara tersebut berlangsung. Bahkan yang terjadi adalah turunnya budaya malu serta memacu hedonisme, khususnya bagi generasi muda. (Hidayatullah)
Memang sikap kontra ini bisa sangat dimaklumi oleh siapa pun. Apalagi sebagai negara yang mayoritas warga negaranya adalah muslim, sangat wajar penolakan itu terjadi. Dalam Islam, tidak layak seorang perempuan baik-baik dipampang dan dilombakan walaupun niatnya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Banyak nash dan hadis yang menyuruh perempuan muslimah yang baik-baik untuk berhijab alih-alih dalam lomba Miss World nanti punya ritual melombakan bikini sebagai bagian dari nilai penjurian.
Bisa dimaklumi juga bahwa banyak Ormas Islam yang pasang badan menentang Miss World. Dari Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammadiyah, dan organisasi muslim lain. Tepat pada awal April kemarin puluhan Ormas Islam di Bogor, Jawa Barat, yang tergabung dalam Keluarga Muslim Bogor (KMB) berkumpul membuat pernyataan bersama untuk menggagalkan acara Miss World. Di antaranya MUI Kota Bogor, Forum Umat Islam (FUI) Bogor, DDII, HTI, FPI, DPD Muhammadiyah, DPD HASMI, HMI Bogor dan masih banyak lagi.
Eksploitasi Wanita
Namun mengapa pihak stasiun swasta sebagai panitia penyelenggara bersikukuh menggelar ajang Miss World ke-63 di Indonesia pada September 2013 mendatang? Apakah karena hak tayang acara internasional itu sudah ada pada mereka? Atau karena acara ini semata bisnis yang sangat menguntungkan melihat betapa banyak iklan yang akan membayar pada mereka?
Bahkan agar acara ini bisa terus berlangsung pihak penyelenggara juga memburu dukungan dengan sowan ke sebuah pondok pesantren Al-Yasini, Pasuruan, Jawa Timur dan pemuka agama lain semisal Walubi (Perwalian Umat Budha Indonesia) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang intinya bertujuan membuat pencitraan bahwasanya acara ini tidak akan menyakiti masyarakat Indonesia. Kilah mereka acara itu nanti akan dilakukan dengan pakaian yang lebih sopan dan sesuai dengan adat ketimuran, tidak ada kontes bikini seperti di negara lainnya. Kalau ada yang keberatan hanyalah segelintir Ormas muslim yang berhaluan keras saja. Ormas muslim yang menentang ini dicitrakan sebagai Ormas-ormas yang selama ini lekat dengan citra kekerasan dalam berdakwah.
Tetapi kilah bahwa nanti Miss World tidak akan ada lomba bikini, adalah sebuah kilah yang sangat sulit dipegang. Jika melihat sejarah awal Miss World dimulai, kontes itu berasal dari sebuah kontes bikini tahun 1951, yang diprakarsai Eric Moerly. Seiring perkembangan dunia hiburan, acara yang sarat dengan eksploitasi wanita ini, ia dikemas sebagai kontes kecantikan yang memadukan antara intelejen dan kepribadian, atau dalam slogan mereka beauty with purpose, yang dimaknai kecantikan dengan tujuan (Wikipedia). Atas dalih meningkatkan devisa negara lewat pariwisata hanyalah selubung kemasan agar mendapat restu dari pemerintah dan masyarakat setempat.
Namun jika berani bersikap objektif kita sebenarnya justru lebih menemukan kepentingan kapitalisme yang sekadar ingin mengeksplotasi wanita pada kontes ratu sejagad ini. Ya, acara ini yang akan digelar di dua kota, Bali dan Bogor sedangkan penobatannya akan digelar di Sentul International Convention Center (ISCC), Bogor, Jawa Barat pada 26 September 2013, jelas acara akan memberikan keuntungan bermilyar-milyar bagi stasiun televisi. Apalagi ajang kecantikan internasional ini akan direlay pelbagai stasiun televisi dunia. Jika kita merujuk pada timbangan syar’i, jelas acara seperti ini haram hukumnya di gelar di sebuah negara yang mayoritas muslim.
Pemerintah Indonesia harusnya mengakomodasi sikap umat Islam Indonesia yang jelas menolak Miss World 2013 bukan malah merestui acara ‘maksiat’ ini terus digelar. Ekspetasi murahan tentang kemajuan pariwisata tidak akan bisa memanipulasi bahwa Miss World adalah sebuah bisnis hiburan. Uang yang menjadi ekspektasinya dan mengabaikan halal haram. Miss World hanya mereduksi fitrah seorang wanita hanya kelas penghibur.
Seharusnya berbagai investasi dana dan pemikiran yang diberikan untuk terselenggaranya Miss World ini, akan lebih elegan jika bisa diberikan untuk memberikan pendidikan kepada perempuan Indonesia yang selama ini masih terpinggirkan. Masih banyak buruh perempuan Indonesia yang menjadi TKW di luar negeri. Nasib mereka harusnya menjadi prioritas utama dalam permasalahan sekarang. Para TKW Indonesia itu harus dipulangkan dan di berdayakan di negeri mereka sendiri.
Akan menjadi hal yang memalukan di saat yang sama pemerintah Indonesia mengagung-agungkan citra Miss World yang pintar, cantik, beradab tetapi di saat yang sama pula, Indonesia masih terus rajin mengirim para TKW-TKW sebagai buruh dan pembantu ke luar negeri dengan dalih menjadikan mereka sebagai pahlawan devisa. Wallahu A’lam bishshowab.
sip… perdebatan yang tak akan pernah habis2nya… 🙂
Kalau aku pilih satu kata : lawan! 🙂