Pak Rosyid moncer karena kekayaannya. Tak ada orang yang tak kenal namanya. Kekayaan Pak Rosyid meliputi gudang beras di pojok desa, penggilingan padi, sawah berhektar-hektar. Pak Rosyid pun sudah naik haji dua kali. Ia mengatakan tidak ingin naik haji lagi setelah ini, mungkin umrah akan tetap ia lakukan setiap tahun. Dan semua orang tahu, kalau Pak Rosyid banyak bersedekah kepada orang miskin. Pun ketika lelaki itu jatuh sakit karena terpeleset di kamar mandi, yang menjadikan ia stroke, banyak warga kampung yang datang padanya.
Namun betapa warga itu heran mendapati bahwa Pak Rosyid yang terjatuh ke kamar mandi dan kepalanya terbentur oleh tembok berubah perangai seratus delapan puluh derajat. Ia menjadi ganas jika orang-orang dekat padanya. Ia mencaci maki suster yang merawat dan meludahi dokter yang memeriksa kepalanya, dengan alasan ia tak mau kepalanya dipegangi oleh si dokter. Ia bahkan menyumpahi anaknya dengan kata-kata kasar, mengatai anak-anaknya itu berharap dia segera mati agar bisa mendapatkan hartanya.
Semua hal yang terjadi itu membuat prihatin semua yang melihatnya, tidak hanya anak-anaknya saja. Gegar otak bisa saja terjadi pada semua orang, namun mereka masih tak menyangka bahwa hal itu terjadi Pak Rosyid yang terkenal dermawan dan baik. Mereka berpikir seharusnya orang yang sering berbuat jahat saja yang pantas sakit seperti itu. Atau jangan-jangan Pak Rosyid itu juga sering berbuat jahat hingga diganjar sakit seperti itu. Ya, mungkin saja, karena siapa yang tahu dibalik kebaikan yang ia berikan pada warga, ada ulat di dalam hatinya. Buktinya, ia berhasil memenangkan tender jalan kampung, atau proyek jembatan kampung sebelah. Sawahnya yang dibeli untuk tower celular, atau yayasan sekolahannya yang mendapat bantuan Bank Dunia satu milyar. Pastilah semua itu bukan kebetulan belaka. Pasti karena ia kong kalikong. Dan kini, semua akumulasi kejahatan itu mengumpul di otaknya hingga ia berubah perangai menjadi jahat. Begitulah pendapat masyarakat, yang dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi mulai memikirkan dibalik ihwal sakit Pak Rosyid. Tidak melulu prihatin saja, namun juga ada pihak yang tampaknya benci dan mengungkit cela orang terkaya di kampung itu.
Continue reading